Dalam dunia kripto, mining Ethereum pernah dianggap sebagai versi modern dari “demam emas digital.” Tidak seperti membeli ETH secara langsung, aktivitas mining menawarkan dua potensi keuntungan: mendapatkan ETH melalui hadiah blok dan memperoleh biaya transaksi. Selama bull market tahun 2020–2021, tingkat imbal hasil tahunan para penambang profesional bahkan sempat melebihi 200%, menarik banyak investor baru untuk terjun ke industri ini.
Meskipun Ethereum telah beralih ke mekanisme Proof of Stake (PoS) pada tahun 2022 melalui pembaruan The Merge, para penambang masih bisa menemukan peluang baru melalui Ethereum Classic (ETC) atau jaringan Layer2 yang berkembang. Lebih penting lagi, proses mining itu sendiri merupakan cara terbaik untuk memahami bagaimana teknologi blockchain bekerja dari bawah ke atas — pengalaman “belajar sambil menghasilkan” ini jauh lebih bermakna dibandingkan sekadar jual-beli aset di bursa.
Ethereum adalah kripto terbesar kedua di dunia, dan perjalanannya mencerminkan perkembangan teknologi blockchain secara keseluruhan. Awalnya, Ethereum menggunakan sistem konsensus Proof of Work (PoW), mirip seperti Bitcoin, di mana para penambang bersaing menggunakan kekuatan komputasi untuk mencatat transaksi.
Namun pada September 2022, Ethereum menyelesaikan transisi ke Proof of Stake (PoS), menandai akhir dari sistem mining tradisional. Tapi:
Ethereum Classic (ETC) tetap mempertahankan mekanisme PoW.
Solusi Layer2 seperti zkSync dan StarkNet memperkenalkan konsep mining baru berbasis bukti validitas.
Dengan kapitalisasi pasar melebihi $200 miliar dan volume transaksi harian lebih dari $10 miliar, jaringan Ethereum tetap menjanjikan nilai yang signifikan bagi siapa pun yang ingin berkontribusi.
Jawabannya tergantung konteks. Mining di jaringan utama Ethereum (ETH) memang sudah berakhir, tapi para penambang masih memiliki beberapa opsi:
Ethereum Classic (ETC) masih menggunakan PoW dan memiliki hash rate sekitar 30TH/s dengan produksi harian sekitar 3000 ETC.
Jaringan Layer2 seperti Arbitrum Nova menggunakan model “mining berbasis pembuktian”, di mana partisipan diberi imbalan karena menyediakan bukti validitas.
Selain itu, ada juga pendekatan baru seperti:
Mining berbasis penyimpanan seperti Filecoin
Mining indeks data melalui protokol seperti The Graph
Secara umum:
Penambang GPU tradisional sebaiknya memilih ETC
Penggemar teknologi dapat mencoba tantangan baru di Layer2
Untuk ETC dan jaringan Layer2, konfigurasi perangkat keras sangat penting.
Pilihan GPU populer saat ini:
AMD RX 7900 XT — hingga 60 MH/s
NVIDIA RTX 4090 — hingga 120 MH/s
Keduanya memiliki konsumsi daya di bawah 300W
Untuk skala besar, perangkat seperti Antminer E9 (3GH/s) sangat kuat, namun mahal (sekitar $30.000) dan sangat bising — cocok untuk operasi mining profesional.
Berbeda dengan pemahaman lama, efisiensi mining Ethereum saat ini lebih bergantung pada bandwidth memori ketimbang murni kekuatan komputasi. Oleh karena itu, penggunaan DDR5 RAM dan SSD berkecepatan tinggi bisa meningkatkan hasil.
Investasi awal untuk satu rig 6-GPU sekitar $5.000. Dengan tarif listrik $0,10/kWh, waktu balik modal diperkirakan sekitar 14 bulan.
Di masa depan, mungkin akan lebih banyak dibutuhkan kartu akselerator khusus ketimbang GPU umum.
Langkah-langkah utama untuk memulai mining:
Pilih target mining
ETC untuk pendekatan tradisional
Layer2 seperti StarkNet untuk penambang yang lebih teknis
Rakit perangkat keras
Mulai dari satu GPU untuk uji coba
Kemudian tingkatkan ke rig multi-GPU jika hasilnya menjanjikan
Gunakan perangkat lunak yang sesuai
Untuk ETC: GMiner
Untuk Layer2: klien khusus seperti Arbitrum Nitro
Bergabung dengan mining pool
Pool ETC terpopuler:
2Miners
F2Pool
Nanopool
Konfigurasi dompet kripto
Kombinasi hardware wallet seperti Ledger + MetaMask direkomendasikan untuk keamanan dan kenyamanan.
Sebagai gambaran, rig 6x RTX 3080 dapat menghasilkan sekitar $3,5 per hari (setelah dikurangi listrik), dengan estimasi imbal hasil tahunan 8% — masih lebih baik dari banyak investasi konvensional.
Beberapa risiko utama dalam mining:
Biaya listrik tinggi
Di atas $0,15/kWh, mining bisa menjadi tidak menguntungkan
Kerusakan perangkat keras
GPU bekerja penuh terus-menerus bisa aus dalam waktu 2–3 tahun
Risiko pasar
Contohnya, harga ETC anjlok dari $120 menjadi $15 pada 2022
Risiko hukum
Beberapa negara melarang mining rumahan atau mengenakan pajak tinggi
Risiko teknis
Pool bisa tutup mendadak
Dompet bisa diretas
Perubahan algoritma (misalnya SHA-3 di ETC) bisa membuat perangkat tak berguna
Biaya peluang
Investasi yang sama bisa digunakan untuk staking atau DeFi farming dengan imbal hasil lebih stabil
Menjelang tahun 2025, mining Ethereum telah berevolusi dari era liar menuju ekosistem yang lebih profesional dan terdiversifikasi.
Bagi investor ritel, penting untuk beradaptasi:
Mining ETC cocok bagi mereka yang memiliki akses listrik murah dan menginginkan pendapatan stabil
Layer2 membuka peluang baru bagi penambang teknis dan inovatif
Namun, harus diakui bahwa tingkat imbal hasil kini jauh lebih rendah dibandingkan masa kejayaannya. Maka, lebih realistis untuk menganggap mining sebagai hobi dan sarana pembelajaran, bukan sebagai jalan pintas untuk kaya.
Saran:
Lakukan uji coba selama 2 minggu, hitung hasilnya secara realistis, lalu baru putuskan apakah akan melakukan ekspansi.
Dalam dunia kripto, mereka yang bertahan lama adalah yang mengutamakan manajemen risiko.
OKX adalah platform perdagangan aset digital global terkemuka yang menyediakan layanan spot dan derivatif untuk mata uang kripto.
Binance adalah salah satu bursa kripto terbesar di dunia yang menawarkan perdagangan spot, futures, staking, dan berbagai layanan aset digital.
Bybit adalah platform pertukaran kripto global yang berspesialisasi dalam derivatif, perdagangan spot, dan produk keuangan kripto.
Gate.io adalah bursa kripto terkemuka yang menawarkan berbagai opsi trading, biaya rendah, dan keamanan yang kuat sejak tahun 2013.